Senin, 23 Januari 2012


PEMAHAMAN PROSES EDUAKSI PENDIDIKAAN KRISTEN BARU

1.      Fokus Utama Proses Eduaksi Kristen

Dalam bagian ini, Sebelum mengawali pembahasan Pendidikan Kristen yang relevan dengan Evaluasi lebih dahulu menjelaskan Proses Pembelajaran Pendidikan sebelummya atau yang sering dilakukan sejak dahulu sehingga dapat mengevaluasi dan memberikan alternatif baru yang dapat dipakai dalam proses yang baru.
Menurut sejarahnya dikemukakan oleh Clark dan Ronald Allen Williamson, fungsi pengajaran yang sebenarnya hanya untuk pembelajaran persiapan sebelum baptisan. Autentisitas (Keaslian Atau Kebenaran) pengajaran dan pengajar yang autentik (Asli, Sah, Dapat Dipercaya) dinilai berdasarkan ketika muridnya lulus dan siap untuk dibaptis. Oleh sebab itu terciptanya pedoman ringkas dan praktis untuk memulihkan identitas Gerja, menunjukkan bahwa tugas utama pelayanan adalah pengajaran iman kristen. Mereka percaya bahwa menteri memahami apa yang dituntut dari peserta didik belajar Iman Kristen, dan seberapa baik mereka melakukan apa yang dituntut dari materi.
Ditinjau dari Setting sosial dan jalur pelaksanaan proses pendidikan Teologi dan agama kristen dalam bentuk persekolahan  dan perkuliahan, maka kini seharusnya lebih banyak menekankan proses dan metodologinya secara akademik. Bukan hanya soal Agama dan teologi Kristen dengan modus pelayanan gereja dan tuntutan pertumbuhan iman seperti sejarahnya itu.
Dalam kebaharuan pemahaman proses edukasi pendidikan keagamaan kristen, yang harus kita lakukan adalah untuk mempertahankan arti penting atau esensi (hakekat, inti, dasar) utama dari nilai pengajaran Alkitab, namun pendidik kristen untuk mengimplementasikannya dalam peraturan sosial masyarakat postmodernitas harus disesuaikan. Dalam mengikuti setting sosial inilah adanya pembaruan baik metodologinya, proses, strategi, atau metode dan prosedural, namun tidak merubah isi atau hakekat utama dari pengajaran.
Dengan kata lain oleh Millard J. Ericson, L. Arnold Hustad, sejatinya yang dilakukan Pendidik Kristen adalah Menyempurnakan dari teks klasik dan meningkatkan kualitas mutunya lewat metodologinya dengan mentransformasikan bahasa teks-teks Alkitab dan teologisnya menjadi sosio-praksis sesuai setting sosialnya dan sesuai dengan spirit jamannya agar dipahami manusianya.
Seorang tokoh Ted Campbell, kita hanya memeriksa kerangka ajaran bersejarah dari tradisi kristen utama yang telah membentuk warisan teologis kita dengan tujuan untuk membarukan maknanya agar sanggup menyediakan gambaran luas dari keyakinan tertentu setiap tradisi, dan otoritas agama. Dengan demikian perlu untuk mempertimbangkan semua defenisi-defenisi yang dibuat selama ini, apakah sesuai dengan realitas jamannya, dengan kata lain apakah metodologi, proses, strategi atau prosedural pengajaran kristen yang dulu itu sesuai dengan jaman sekarang.
Edukasi yang dibahas dalam bagian ini adalah dunia teori yang digunakan untuk melakukan uji empiris, uji kelayakan, uji klinis, dan uji mutu dan bobot akademik dari seluruh tradisi dan otoritas agama kristen dan termasuk uji cara kita memandangnya selama ini.  Cara akademik seperti itulah sanggup menciptakan dan membetulkan pemetaan pemikiran untuk bertindak dan menunaikan dan panggilan dan tanggungjawab edukasi pendidikan Kristen.
Dengan demikian perlu konsep-konsep secara substansif dalam eduaksinya, yaitu teori dan sosios-praksisnya. Sangatlah perlu untuk mengedukasi pendidikan teologi dan mengedukasi agama kristennya, lewat instruksi pembelajaran, assesasi atau penilaian, refleksi, perencanaan, dan rekonstruksi yang baru secara berkesinambungan. Proses edukasilah yang bisa menjelaskan sekaligus bisa mewujudkan ajaran abadi dan makna batin dari semua narasi agama dan teologi didalam kristen.

2.      Tujuan Akhir Dari Proses Eduaksi Yang Baru
            
         Tujuan kita sebagai pendidik Kristen dalam hal ini adalah program pendidikan yang berdasarkan realitas sesungguhnya yang terjadi di masyarakat, metodologi yang eduaktif dan renkonstruktif, aktifitas belajar yang sangat berniat untuk mengembangkan ketrampilan, muatan isi dan materi kurikulum.
            Pendidik kristen sebagai priset yang seharusnya meneliti aspek pendidikan, pengembangan yang mengembangkan pendidikan. Jika demikian, tugas kita sebagai pendidik Kristen bukan lagi sebagai tugas dan tanggung jawab pastoral, yang sering dilakukan dengan fokus menyentuh hati dan menjangkau roh, emosi dan hati untuk kristus demi kesejahteraan rohani.
            Dengan demikian kita akan lebih mudah untuk mengidentifikasi strategi yang sesuai karakteristik mereka dan menyajikannya kepada mereka dalam kerangka teoritis yang menjelaskan bagaimana mereka mempromosikan pembelajaran siswa aktif dan bermakna. Dengan demikian proses eduaksi adalah srtuktur logis dan perilaku saling berhubungan yang kontribusi untuk belajar siswa dan mahasiswa yang didasarkan pada teori dan penelitian.
            Eduaksi dapat juga dipakai untuk merubuhkan tembok pembatas kampus dengan pagar sekolah yang tebal dan tinggi yang hampir merusak langit.Kondisi ini telah berhasil memisahkan diri dan kehidupan anak- anak muda belia dari realitas sesungguhnya.Oleh karena itu mahasiswa sebagai calon pendidik agama Kristen dan setelah menjadi seperti yang di inginkannya itu, ia adalah sebagai pekerja spiritual dan intelektual. Karena sikap dan tindakan profesionalisme memang di perlukan untuk bertindak kongkrit untuk membebaskan belungguh system pendidikan persekolahan yang melalui berorientasi nilai – nilai statistical dan numerikal dan dipenuhi aturan kaku.Belajar adalah upaya kemandirian dan kemerdekaan.Mereka perlu bertindak cetakan untuk mengoprasi otak dan saraf – sarafnya dengan tidak tolerir,tidak kompromis dan membiarkan malpraktik proses edukasi pendidikan Kristen.sistem edukasi adalah system layanan penanganan penyakit fisik dan psikis kesiswaan,serta mentalitas keguruan yang hanya menggurui dan mentalitas pegawai negeri atau pegawai yayasan saja tetapi meluas menjadi pegawai masyarakat dan Tuhan yang bertanggung jawab.
            Sejak lahir manusia memang diajar atau dididik secara personal dan komunal  untuk hidup dan bersosialisasi bukan hanya untuk komonitas masyarakat beraagama sendiri,tetapi bertanggung jawab secara sosial dalam komonitas masyarakat yang lebih luas.Tetapi dalam sudut penglihatan kita sebagai pendidik Kristen masih harus kita kerjakan bagian lain yang penting agar secara teringtegratif dan koorporatif dengan sistem nilai teologi dan agama Kristen yang kita yakini benar.
            Jika tindakan sosial kita terkoorporatisme dan teringegrasi,maka mahasiswa dan siswa Kristen akan memiliki keperdulian sosial kongkrit dan rasa sosial karena ia bagian dari sosial.Dan dengan demikian kita sedang mengerahkan segala kemampuan untuk menciptakan pendidikan Kristen yang memiliki pemimpin Kristen yang bertanggung jawab secara sosial.Tetapi bagi kita pendidik Kristen hal itu sangat dituntut untuk mengintergasikannya lewat pemahaman baru terhadap pendidikan keagamaan Kristen saat ini disini dan sekarang ini.
            Upaya edukasi ke edukasi, itulah menjadi esensi dan kekayaan maknanya.Ini akan memberikan sunbangan perbaikan pada kesehatan mental dengan perbaikan kondisi umat manusia di dalam sekeloh, lewat makna edukasi. Jika pendidikan Kristen tidak membaharui segala sesuatunya, maka aka nada masalah lain yang akan ditimbulkan, yakni adanya kecendurunngan dalam realitasnya dominan untuk memperlihatkan sikap superior dan eksklusif yang memandangan diri sebagai yang paling benar atau sebagai satu- satunya yang empunya kebenaran realitasnya juga menunjukan triumfalistik  yakini penganut agama lain.
            Disini perlu proses edukasi dan intelektualitas yang tinggi agar mahasiswa dfan siswa pendidikan kristen bisa mengkritisi ajaran agamanya bukan lagi hanya mengamini dan menjalankan doktrin agama tersebut.
Jika kita sepekat dan sepaham dengan ini makanya sebenarnya kita sedang memerlukan beberapa arah baru praktek pengajaran bagi masa depan pendidikan kristen.karena dalam dunia perubahan yang cepat tersebut itu penting untuk mengetahui siapa kita dan akar- akar keluarga dan kerabat besar serta kekayaan dan keragaman keluarga iman kita , tetapi kepentingan edukasi dengan seting sosialnya berbeda.nantinya akan bisa menawarkan kontribusi akademik sebagai peta jalan untuk lanskap yang luas dari pendidikan keagamaan kristen.
Periset perlu menjelaskan secara kongkrit seperti apa yang dikatakan Randlop Grump Miller “bagaiman interaksi dan posisi atau kontribusi dari teologia kepada teori dan praktek pendidikan keagamaan kristen.Kemampuan riset itulah yang mampu menghasilkan beberapa arah baru bagi masa depan pendidikan kristen.Artinya kita bukan lagi malahan hanya untuk melasterikan tanpa mengkritisi dan membarukannya sayangnya tindakan pelestarian dan penjagaan dari ancaman keunahan itu- itu sajalah yang banyak kita miliki saat ini.          

E. STRATEGI EDUAKSI YANG BARU BAGI PENDIDIK KRISTEN
1.      Pembaharuan Strategi.
Strategi adalah ilmu dan pengetahuan yang menggunakan ragam metode baru dengan mengiuti langkah-langkahnya yang rencana dengan cara mempekerjakan rencana atau siasat menuju sasaran dalam mencapai keberhasilan strategi. Dalam abad pertengahan menurut  Madeleine At kins george brown, jika berbicara soal edukasi umumnya masih dibatasi dengan pemahaman mengajar atau mengkuliahi. Hal itulah alasan Akademik mengajar dalam bahasa inggris disebut lectures yang dalam prosesnya baru hanya selalu dilayankan dalam proses yang sistem ceramah. Ini adalah bentuk yang paling umum dari mengajar dari perguruan tinggi baik kristen dan muslim. Istilah in ika dalam bahasa latin abad pertengahan disebut lecture, yang berarti membaca keras-keras. Hal ini terjadi bahwa saat itu kuliah terdiri dari pembacaan teks secara lisan dan menceramahkan.
                        Akibatnya seperti kata perry G. Downs, banyak guru dan dosen menggunakan metode ceramah, tetapi tidak semua melakukannya dengan bak. Meskipun banyak orang yang masih saja percaya bahwa cara ini merupakan bagian penting dari menjadi seorang pendidik kristen, karena memang dianggap menjadi strategi untuk pengajaran pertumbuhan iman.  Dalam menyingkapkan lebih detail lagi tentang asumsi pengajaran dan pembelajaran pendidikan keagamaan kristen dari sisi historisnya berdasarkan keterangan dari William R. Yount. Ia berkata, pengajaran dan pembelajaran kristen  eksis karena Tuhanlah yang menjadi seorang guru. Ialah pencipta dan guru diatas segala pendidik kristen dibumi, bahkan Ialah sumber, muatan isi dan materi atau fondasi dari pengajaran dalam pendidikan keagamaan kristen itu sendiri. Oleh karenanya semua isi dari pendidikan kristen itu haruslah wahyu-Nya atau diri-Nya yang telah tertulis atau terdokumentasi dalam Alkitab itu sendiri.

2.      Pembaharuan Metode Ajar Dan Belajar.
Metode adalah seumla prosedur atau proses mencapai atau memahami sebuah objek yang berusaha untuk mendapatkan identifikasi lengkap dengan kepribadian batin karakter yang digambarkan sebagai berikut :
a.       Prosedur yang sistematis, teknik, atau modus penyelidikan yang dipekerjakan oleh suatu disiplin tertentu.
b.      Rencana sistematis di ikuti dalam bahan presentasi untuk instruksi
c.       Cara, teknik, atau proses atau untuk melakukan sesuatu
d.      Ketrampilam atau teknik dalam disiplin lmu tertentu ang berubngan dengan prinsip-prinsip dan teknik penyelidikan ilmiah.
Dengan demikian sangat menghendaki seluruh eduaksi kristen dengan seluruh programnya disetiap jenjang pendidikannya, bisa menggunakan ragam metode ajar dan belajar baru sehingga sejumlah program tersebut melampauhi sekedar teori instruksi proses belajar mengajar apalagi yang dianggap sebagai pelatihan pada tahap proses awal untuk pembentukan dan penciptaan kompetensi mengajar. Upaya sistematis ni di lakukan agar pelakunya memiliki pengetahuan profesional dan kehidupa profesional dalam pendidikan. Dengan demikian, kelas-kelas pembelaaran disejumlah sekolah-sekolah kristen baik pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi tidak lagi hanya dianggap sebagai progrm persiapan  menjadi guru saja tetapi, lebih dipentingkan untuk menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan metode dan teknik proses dan dalam pembelajaran.
Aktifitasnya meliputi praktik mengajar dan praktik persekolahan dan juga praktik bimbingan dan tugas sistem persekolahan lainnya, disesuaikan dengan kondisi dan kebijaksanaan otonomi lokal. Artinya aksentuasi dan artipulasinya pada belajar, bukan lgi sekedar mengajar. Ini di lakukan agar mahasiswa dan siswa memiliki pemahaman langsung untuk membangun dan meningkatkan kompetensi pedagogi kritis, kompetensi kepribadian, ompetensi profesional, kompetensi sosial dan kompetensi belajar sendiri secara interdependet dengaan orang lain. contoh strategi eduaksi yang baru bagi pendidikan kristen dari proses edukasi lama sebelum evaluasi dan proses eduaksi baru setelah evaluasi dihalaman 85-87. Inilah yang sanggup menghasilkan kebaruan dari proses edukasi ke eduaksi seperti yang telah di jelaskan pada tabel halaman 85-87. Itu akan sanggup menghaslkan pemahaman pengetahuan yang berorientasi manusia bukan hanya insitusinya saja. Artinya kita tidak lagi mungkin hanya mengajar komponen keagamaan hanya terkait isi dan materi pendidikan agama atau teologi saja.
Selanjutnya kalau diamati yang terjadi sebenarnya, bahwa para pelaku revolusi tersebut lebi fokus ada pencarian dan pembetulan logika, cara pemikiran manusia, dan rasionalisasi baik sanis dan teologi seperti kata Peter J. Barrett. Merea melakkannya karena teologis pada saat itu, belum pernah dilihat aau diposisikan sebagai disiplin akademik atau memiliki ilmu penetauan dan sisi keilmiahannya, selain hanya masih di anggap sebagai dogma atau pengajaran religius semata. Jika kita tidak mengintegrasikan sains, sosial sains, dan sains humanities dengan teologi atau agama kristen, maka proses edukasinya akan selamanya hanya sebatas perang asumsi, perang doktrin dan perang subjektifitas karena prses edukasinya tidak atau belum ilakukan dengan saintifik.
Sesuai dengan penjelasan di atas, maka benarlah bahwa sesungguhnya ada spektrum keilmuan yang lebih integratif bahwa dalam sains, sosial sains, dan sains humanitis dan teologi atau agama sesungguhnya terdapat unisitas dan saling membantu atau mengayakan metodoloi dan proses edukasi ke- eduaksi yang tidak terpisahkan. Maka disinalah salah satu fungsi kita pendidik kristen sebagai periset atau peneliti pendidikan keagamaan kristen setiap lefel pendidikannya untuk menjadikannya sebagai lembaga riset dang pengembangan masyarakat yang sangat jarang dilakukan. Jika kita sepakat dan sepaham soal itu, maka akan sangat mudah memahami dan menjelaskan perbedaan dimensi dalam setiap metodologi berilmu, bertuhan,beragama, berteologi dan bermasyarakat. Dengan memahami tingkat masyarakat maka kita memahami multistrategi dan perbedaan cara berilmu untuk memposisikan dan memaknai agama dan teologi yan kita edukasikan. Jika demikian maka, kita mau tidak mau lewat proses edukasinya, harus bisa merekonstruksi secara baru sesuai dengan kebutuhan di dalamnya. Kemudian, kita akan mampu merancang program pendidikan, isi dan materi yang pantas dan tepat untuk menggunakan metode untuk membelajarkan siswa.
Hal itu merupakan cara berpikir dan berilmu yang simplitis atau terlalu menyepelekan substansi dan esensi dari agama  itu sendiri. Apakah juga kita dengan mudahnya saja berapologi, membela diri atau berpolemik, bahwa yang keliru bukan isi, materi dari pelajaran agamanya melainkan orang, oknum atau manusianya. Agama datangnya dari Tuhan tidak mungkin salah dan menyimpang, pemeluknyalah yang salah dan buruk perilakunyalah yang menyimpangkan ajaran agama tersebut. Jika berkata seperti itu justru membuka peluang bagi orang yang berilmu akan melejehkan agama, orang, dan komunitas masyarakat beragama tersebut karena dari situ terlihat jelas agama dipahami sekedar sebagai sikap kepatuhan dan ketundukan terhadap agama, dogma secara kaku den mekanistik karena hanya mengikuti ajaran agamanya saja.
Dengan demikian pendidik kristen harus memikirkan ketrampilan belajar dan proses seperti apa sejatinya yang mereka dan masyarakatnya butuhkan. Artinya yang kita butuhkan juga  secara lebih luas adalah seperti istilah dari marvin Minsky. Dalam belajar dan mengajar janagan lagi hana terjebak” transfer belajar” kepada atau kedalam diri siswa, tetapi juga untuk komunitas masyarakat beragama mereka. Oleh karena itu pendidik risten memerlukan ketrampilan berpikir atau “thinkingskill”. Ketrampilan berpikir dalam pemahaman disini adalah kombinasi dari cara-cara  akademis untuk menyelesaikan masalah, membuat keputusan, merefleksikannya dan membuat prediksi.
Hal itu juga termasuk multicara untuk mengedit pengalaman, mengatur ulang pengalaman dan menguji serta berpikir  dengan multi aspek yang kreaktif apa yang berguna dari pengalaman hidup dan pengalaman belajar yang bermanfaat untuknya. Jika demikian, pendidik kristen akan sampai mampu melakukan kajian terhadap kebiasaan mengajarnya secara efesien. Peggy L. Maki berkata, diskusi akademik soal gaya disipln mengajar tentu menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana sejatinya hubungan antara metode pengajaran dan metode untuk menilai disiplin pelajaran. Disinilah diperlukan silabus sebagai rencana kerja eduaksi untuk membantu pendekatan terpadu dan ontetik, dan untuk menyediakan bukti belajar siswa dan mahasiswa didasarkan pada pekerjaan mereka.

Kesimpulan : dari penjelasan diatas maka saya menyimpulkan bahwa pendidikan Kristen sangatlah perlu untuk di efaluasi dan dieduaksi berbagai cara, metode, struktur dan proseduralnya baik dalam proses KBM juga dalam manajemen akademiknya dengan menyesuaikan pada jamannya atau postmodernitas. Untuk itu kita membutuhkan arah dan horison baru pendidikan kristen untuk pengajaran dan pembelajaran, yang mampu menigkatkan pengatahuan dan pemahaman kehidupan yang sesungguhnya. Strategi belajar dan mengajar yang baik sangatlah perlu untuk digali lebih lagi khususnya bagi Pendidik Agama Kristen, agar apa yang menjadi tujuan pendidikan NASIONAL dapat tercapai dan nilai akademik Kristen itu juga tercapai.

                                                       Oleh : Lesman  Giawa
Mahasiswa program P A K
di 
Nazarene Yogyakarta.
2012


                       

Tidak ada komentar: